Headlinenews

Sabtu, 07 Januari 2012

Suara Hati Nelayan Yang Terpendam


Bom ikan adalah salah satu jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan pesisir untuk mencari ikan di laut. Alat tangkap ini digunakan sebagian orang hanya sebagai sampingan saja, karena bom ikan bukanlah alat tangkap utama yang selalu digunakan. Masih banyak jenis alat tangkap lainnya yang digunakan masyarakat Bajo seperti pasangsero (tannahbila) dan pasangbubu (tannahbubu). Sebenarnya masyarakat yang menggunakan alat peledak ini sangat tahu dampak dan resikonya, tapi itu tak terlalu menjadi pikiran karena hanya dengan cara seperti itu, mereka dapat terus melanjutkan hidup.

Sebanyak 70% nelayan Suku Bajo memilih menggunakan alat peledak untuk menangkap ikan karena pilihan hidup. Pemerintah dianggap tidak pernah menghiraukan dan memperjuangkan hak-hak nelayan yang semestinya mereka dapatkan. Banyak hal yang telah berubah karena bergantinya zaman. Sudah banyak regenerasi Suku Bajo yang mulai melupakan alat peledak ini. Hal ini diakibatkan karena taraf 
pendidikan mereka sudah lebih tinggi dari generasi sebelumnya.

Misalnya : Generasi muda yang tidak pernah menyentuh pendidikan akan lebih mudah mengetahui tatacara perakitan dan penggunaan bom ikan, karena mereka sudah terbiasa melihatnya dari orang tua mereka. Tidak adanya aktivitas lain membuat generasi ini pun tidak punya pilihan lain selain mengikuti jejak orang tua mereka. Tapi saat ini telah berbeda, generasi muda sudah mulai mengenyam bangku pendidikan, mulai dari SD hingga perguruan tinggi. Rutinitas sekolah setiap hari membuat anak-anak ini lebih fokus pada dunia sekolah, ketimbang ikut merakit bahan
peledak ikan tersebut.

Seandainya generasi muda Suku Bajo saat ini difokuskan untuk selalu berhubungan dengan lembaga pendidikan, maka hal-hal yang dilarang seperti penggunaan alat peledakakan berkurang bahkan lenyap suatu masa nanti. Tapi itu hanyalah impian belaka yang dimiliki oleh para nelayan untuk anak-anak mereka.
1.    Dampak lingkungan

Nelayan yang menggunakan bahan peledak sebagai alat tangkap ikan sebenarnya tahu dampak benda tersebut untuk lingkungan seperti rusaknya terumbu karang dan matinya ikan-ikan kecil. Tapi terdapat
kesalahpahaman antara hal ini dengan konsep yang dirumuskan. Nelayan yang menggukan alat peledak selalu mengfokuskan alat peledaknya kearah terumbu karang karena terumbu karang adalah tempat berkembang biak ikan. Tapi hal itu biasa dikatakan keliru karena secara logika jika alat peledak diarahkan ke terumbu karang, maka untuk mengambil ikan yang sudah mati akan beresiko tinggi karena ikan itu telah bercamur dengan serpihan-serpihan karang yang bisa mengakibatkan luka pada bagi antangan.
1.    Dampak pribadi
Alat tangkap ini sangat berisiko tinggi karena tidak ada waktu yang pasti kapan benda ini akan meledak. Bagi nelayan pesisir yang menggunakan alat tangkap ini, hati nuranilah yang berperan ketika mereka merakitnya. Mereka tahu betul ba hwa alat ini sangat berbahaya, tapi beberapa persepsi menilai alat tangkap ini adalah alat yang praktis dan cepat mendapatkan hasil dalam jumlah yang sangat besar. Tapi itu adalah persepsi yang salah, karena bagi nelayan yang menggunakannya mereka sudah siap untuk menanggung segala resiko, sekalipun kematian karena itu adalah pilihan yang telah mereka pilih untuk kelangsungan hidup mereka. Dampak itu akan selalu meyelemuti keseharian penggunanya karena mulai dari perakitan mereka sudah
meledak. Bagi nelayan pesisir yang menggunakan alat tangkap ini, hati nuranilah yang berperan ketika mereka merakitnya. Mereka tahu betul ba hwa alat ini sangat berbahaya, tapi beberapa persepsi menilai alat tangkap ini adalah alat yang praktis dan cepat mendapatkan hasil dalam jumlah yang sangat besar. Tapi itu adalah persepsi yang salah, karena bagi nelayan yang menggunakannya mereka sudah siap untuk menanggung segala resiko, sekalipun kematian karena itu adalah pilihan yang telah mereka pilih untuk kelangsungan hidup mereka. Dampak itu akan selalu meyelemuti keseharian penggunanya karena mulai dari perakitan mereka sudah
waspada. Hingga benda tersebut diangkat ke perahu, dibakar dan dibuang ke tengah laut. Tidak hanya sampai disitu, disaat mereka menyelam untuk mengambil ikan, mereka masih harus waspada. Jangan sampai ada ikan besar yang menghampiri mereka.

1.    Solusi Nelayan
Para nelayan sebenarnya sudah jenuh dengan apa yang terjadi selama ini, ketakutan juga terus menyelimuti kehidupan mereka. Tapi apa daya, hal itu hanya angin lalu yang terabaikan karena banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh para nelayan. Pemerintah pun sepertinya acuh dengan permasalahan itu. Misalnya, di sekitaran pesisir Desa Mekar terdapat puluhan karamba tancap budidaya lobster. Tapi itu bukanlah bantuan dari pemerintah, melainkan dari seseorang yang mempunyai modal besar. Hal ini sepertinya bisa menjadi solusi bagi para nelayan pesisir Suku Bajo untuk meninggalkan tradisi pemboman ikan yang merusak lingkungan, tapi pemerintah sama sekali tidak melihat hal positif ini.Parman bajo
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar